Rabu, 03 Juni 2020

Benteng Indrapatra





Bulan April lalu, saya habiskan weekend pertama bulan itu di Banda Aceh untuk sedikit mengurangi saraf-saraf otak yang kelihatannya mulai kencang karena kerja serta kurang rekreasi. Saya pergi bersama-sama keluarga sebab kebetulan ada sanak famili yang membuat acara pesta pernikahan di Banda Aceh. Berlibur ke Banda Aceh di saat itu saya targetkan untuk memfoto beberapa tempat bersejarah, salah satunya adalah Rumah Cut Nyak Dhien yang saya hadirkan pada tulisan awalnya, serta Benteng Indra Patra. Pagi itu, seputar jam 09.00 saya mulai pergi ke arah arah Timur dari Kota Banda Aceh. Seputar 30 menit perjalanan, pada akhirnya saya datang di tempat yang saya incar, yakni Benteng Indra Patra. Hari itu cuaca benar-benar cerah, langit biru dihiasi beberapa gumpalan awan putih, benar-benar benar-benar pas untuk ambil gambar. Tempat benteng ini memiliki jarak seputar 1 km. dari jalan penting, yakni masuk jalan yang ke arah pantai. Dengan cara administratif, teritori benteng ini masuk ke daerah Desa Ladong, Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar. Teritori ini dekat sama teritori Pantai Ujong Bate sebagai tempat arah wisata buat masyarakat Banda Aceh serta sekelilingnya.


Masuk teritori benteng, satu kesan-kesan langsung muncul di pikiran saya ialah kurang tertangani! Bagaimana tidak, jalan akses dari jalan penting ke arah teritori benteng ini berbentuk jalan tanah dengan batu-batuan yang cukup mengguncangkan, untungnya jarak yang perlu dilewati tidak jauh. Selanjutnya lagi, bangunan yang ada di benteng nampak benar-benar memprihatinkan dengan bagian-bagian yang hancur. Saya tidak paham apa bangunan itu hancur karena perang jaman dulu, atau memang hancur sebab tidak tertangani secara baik. Tetapi saya tidak ingin mempersoalkan hal itu. Saya terus repot mengincar tiap pojok dengan camera untuk memperoleh beberapa gambar yang saya kehendaki. Awalnya untuk masuk di dalam sisi dalam bangunan benteng, saya harus melalui tangga yang disiapkan sebab memang tangga itu adalah akses salah satu untuk masuk di dalam bangunan benteng. Pada akhirnya sesudah senang memfoto serta berasa cukup hanya beberapa gambar yang saya bisa, saya langsung bergegas untuk pulang.


Beberapa minggu sesudah bertandang dari Benteng Indra Patra, baru saya mulai cari info mengenai riwayat benteng itu. Hasil dari pencarian di dunia maya, saya dapatkan artikel-artikel yang mengulas mengenai riwayat Benteng Indra Patra untuk selanjutnya saya kumpulkan serta saya catat kembali lagi di tulisan ini. Jadi, menurut riwayat benteng ini dibuat pada era ke-7 Masehi oleh Putra Raja harsa dari Kerajaan Lamuri. Kerajaan Lamuri ialah kerajaan Hindu pertama di Aceh (Indra Patra) sebelum impak Islam masuk dalam Aceh. Benteng Indra Patra ada di Teluk Krueng Raya serta bertemu langsung dengan Benteng Inong Balee yang ada di teritori perbukitan di seberangnya. Tempat benteng ini bertemu langsung dengan Selat Malaka, tempat yang lumayan strategis mengingat peranan benteng ini untuk benteng pertahanan dari gempuran armada Portugis. Ada tiga peninggalan jaman Hindua-Buddha di Aceh yang dikaitkan dengan daerah yang disebutkan Trail Aceh Lhee Sagoe, serta Benteng Indra Patra ialah sisi dari 3 benteng dalam Trail Aceh Lhee Sagoe itu. Bila ke-3nya dikaitkan (Indrapatra, Indrapuri, serta Indrapurwa) maka membuat segitiga, segitiga berikut yang disebutkan Lhee Sagoe dalam Bahasa Aceh.