Rabu, 03 Juni 2020

Hikayat Prang Sabi


Hikayat Prang Sabi buah karya Haji Muhammad (Teungku Chik Pante Kulu) di tahun 1881. Putra kelahiran Pante Kulu Keumala Pidie, awalnya semakin 28 tahun tinggal di Mekkah serta pulang ke Aceh untuk menantang kolonial. Belanda selanjutnya larang syair ini sampai Belanda pergi dari Aceh pada 1942.

Hikayat Prang Sabi berperanan besar dalam menghidupkan semangat perang, hingga jadi momok menakutka buat Tentara Belanda. Seorang Belanda Zentgraaf menggambarkan mengenai hikayat itu seperti berikut:
"Beberapa pemuda menempatkan langkah awalnya di medan perang atas impak yang besar sekali dari karya-sastra ini, sentuh perasaan mereka yang gampang tersinggung …. karya-sastra yang benar-benar beresiko".

Prof. Dr. Anthony Reid, pakar riwayat barat yang populer, menggambarkan Hikayat Prang Sabi itu untuk suatu hal yang benar-benar hebat.

Hikayat Prang Sabi ialah paling masyhur dalam menghidupkan semangat perang suci. Sejarawan Aceh Ali Hasjmy memandang jika hikayat Prang Sabi yang dicatat Tengku Chik Pante Kulu sudah sukses jadi karya sastra puisi paling besar di dunia.

Itu satu mahakarya Hikayat Prang Sabi, untuk puisi perang dalam menantang penjajah. Kegemilangan kemenangan dari spirit syair ini sudah jadi memory perjuangan yang diingat generasi selanjutnya. Satu syair dari "Penyair Perang" paling besar di dunia, Teungku Chik Pante Kulu.