Rabu, 03 Juni 2020

Situs Meurah Pupok Si Putra Kesayangan


Satu situs bersejarah terdapat dalam komplek Keerkhof atau Peutjut, tempat di kuburkan beberapa ratus prajurit serta perwira Belanda yang wafat dalam Perang Aceh semenjak 1873.

Situs ini tidak sama dengan kuburan Belanda yang lain, terproteksi oleh satu pagar pemisah dalam teduhan satu pohon teduh serta rimbun.


Itu makam Meurah Pupok, Putra Mahkota Kerajaan Aceh Darussalam di era 17. Ayahandanya sudah mempersiapkan putra kecintaan ini dengan beberapa keterampilan serta bela diri. Meurah Pupok dikenal juga untuk Pocut atau anak kecintaan.

Tetapi satu tragedi hentikan cara ke arah singgasana, si putra mahkota didakwa melakukan perbuatan tidak pantas pada orang isteri prajurit kerajaan. Sampai akhirnya si putra mahkota diberi hukuman sendiri oleh ayahandanya Sultan Iskandar Muda.

Tragedi ini selanjutnya melahirkan beberapa kata populer dari Si Sultan saat beberapa pejabat hulubalang kerajaan melobinya supaya memudahkan hukuman pada Meurah Pupok. "Mate Aneuk Meupat Jeurat, Gadoh Tradisi Pat Tamita" Kata Sultan Iskandar Muda yang tidak bergerak dari rayuan beberapa hulubalang.

Sesudah dikuburkan dalam teritori yang lain dengan keluarga kerajaan yang lain serta kuburannya tidak tertangani seperti seorang pangeran kerajaan. Tetapi saat Sultanah Sri Ratu Safiatuddin Tajul Alam berkuasa pada tahun 1641-1675, makam Meurah Pupok mulai diatur lebih bagus serta dikasih penghormatan seperti seorang pangeran.



Sekarang empat era kemudian, komplek makam ini yang ada dalam kuburan Keerkhof jadi situs bersejarah. Untuk sinyal pengingat jaman "sesal dahulu penghasilan, sesal selanjutnya tanpa buat".